Kamis, 26 April 2012

Pengusaha Kain Tanah Abang

Kawasan Bisnis Tanah Abang – Jakarta.

Berdasarkan sejarah kawasan Tanah Abang di huni oleh masyarakat dari berbagai etnis dan asal daerah, diataranya; Bali, Padang, Jawa (Pekalongan, Tasik, Cianjur, Pemalang), Tiaonghoa (Cina), Arab, Betawi), Madura, dan dari daerah lainnya. Perkembangan pada saat ini kawasan Tanah Abang juga banyak dikunjungi oleh orang-orang dari berbagai negara, seperti dari Malaysia, Afrika, Filiphina, dan lain sebagainya.

Profesi masyarakat yang ada di kawasan Tanah Abang ada yang sebagai produsen seperti konveksi (baju muslim, baju anak, baju wanita, korden, tas, dll). adapula  yang membuka jasa pengiriman (ekspedisi) maupun penginapan. Sedangkan kebanyakan orang dari Malaysia, Afrika, dan Filiphina, datang berbelanja di pasar Tanah Abang.

Kawasan yang masuk dalam lokasi adalah: Kelurahan Kampung Bali, Kebon Kacang, Kebon Melati, Cideng, Kota Bambu Utara, Kota Bambu Selatan.

Pada kali ini pedeskripsian langsung dari pedagang di tanah abang
Mulyadi biasa di panggil dan di sapa dengan panggilan Adi, lahir di Jakarta
Produsen muda ini menjual jenis-jenis kain dan beralamat di  jalan kebon dalam rt 04 rw 06 no.19 E kampung bali jakarta pusat.
 
Awal kedatangannya ke kawasan tanah abang di karenakan semenjak lahir memang sudah tinggal dikawasan tanah abang, alasan Adi mempunyai usaha karena untuk mencari uang untung membiayain biaya hidup dan peran Adi dalam kegiatan usahanya selain menjadi produsen juga menjadi suplier kain ke pelaku bisnis lainya, hubungan Adi dengan masyarakat dan sesama pedagang satu daerahnya dikenal baik dan mudah membaur dengan pedagang lain, tetapi kekerabatan Adi dengan para pekerja kurang menyenangkan, di karenakan para pelaku bisnisnya lalai dalam hal pembayaran bahan-bahan kain, dalam arti kurang menepati tempo pembayaran barang.

Budaya Islam di Aceh

Budaya Aceh menyatu dengan Islam. Budaya Aceh juga dikenal sebagai salah satu budaya besar di dunia. Tercatat sebelum terjadinya reformasi yang mengakhiri era abad pertengahan di Eropa, para ahli reformasi dari sana datang berguru ke Nanggroe Aceh untuk mempelajari sistem budaya Aceh.

Ketika itu, bangsa Eropa masih dalam keadaan gelap gulita dalam hal budaya. Sementara itu di Aceh telah berdiri sebuah kerajaan yang maju yaitu Kerajaan Samudera Pasai, dengan rajanya yang pertama yang masuk Islam, Sultan Malikul Saleh. Bahkan kerajaan ini pernah diperintah oleh perempuan yaitu Ratu Nur’ilah dan Ratu Nahrisyah. Rajanya yang terbesar adalah Sultan Iskandar Muda, sedangkan tokoh penyebar agama Islam yang terkemuka diantaranya Syaikh Abdurrauf atau yang lebih dikenal dengan sebutan
Syiah Kuala.

Selain bangsa Eropa, banyak bangsa lain yang berguru ke Nanggroe Aceh. Tidaklah heran, beberapa literatur di Eropa dan Amerika menulis terdapat 3 orang penghulu atau Raja di dunia ini yang sangat adil, yaitu Muhammad saw, Sayidina Umar Bin Khatab dan Sultan Iskandar Muda, Raja Aceh. Ternyata ulama-ulama Aceh juga memiliki reputasi di dunia.

Tidak boleh dilupakan, seni budaya dan tarian Aceh pun memiliki pesona tersendiri ketika ditampilkan di pentas dunia. Dari sekitar 52 jenis tari yang ada di Aceh, yang sangat dikenal oleh masyarakat internasional diantaranya adalah seudati, saman duk, ranup lampuan dan geudeu-geudeu (yang mirip dengan sumo dari Jepang dan westerling gusti dari Amerika).